Banyak yang bilang kebosanan atau kejenuhan terjadi karena kita tidak menikmati (bukan hal yang passion) terhadap aktivitas-aktivitas yang tengah dijalani, banyak juga yang bilang, katanya, hal itu terjadi karena kita suka terpengaruh suasana hati (mood swing).
Banyak juga yang bilang belum ada tujuan hidup. Lalu yang mana yang benar? yang mana yang tepat? Persoalan ini bukanlah siapa yang benar atau siapa yang tepat, tetapi yang mana cocok bagi kita masing-masing kan ya?
24 Aturan Emas dalam Membuat Impian, Tujuan, Target Menjadi Kenyataan Tanpa Menurunkan Semangat Sedikitpun, Bagaimana Agar Selalu 100% Termotivasi Bukan 99% Bukan Juga 50% atau Bahkan Kurang Ketika Di Tengah Perjalanan.
Ini Modelling yang saya lakukan terhadap Trainer NLP saya Bapak Matthew Barnett. Saya menyebutnya sebagai 13 Pillar IMPIAN Ala NLP Tak Tergoyahkan.
Apakah Anda ingin hidup berkecukupan dan hidup yang bahagia?
Apakah Anda ingin nyaman secara finansial?
Apakah Anda ingin merasa selalu percaya diri & penuh kontrol terhadap masa depan diri Anda sendiri?
1. Apakah Saya Sudah Melibatkan Tuhan Sejauh Ini?
Usia hidup Manusia mungkin Anda sudah tahu, tidak lah tanpa batas, namun terbatas sekali. Benar sekali. Sebagai manusia yang meyakini Tuhan itu ada, tentunya memberikan kita tantangan ketika ingin mencapai sesuatu.
Pertanyaan sebenarnya bukanlah usaha-usaha kita saja yang mengarahkan kita tetapi pertanyaan sebenarnya adalah bukankah usaha-usaha kita juga dipandu dan dibantu oleh Tuhan? This is first point we agreed.
Bagi saya seorang Muslim dalam Al Qur’an Surat Ali-Imran Ayat 16 “(Yaitu) Orang-orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman (Aamanna), maka ampunilah dosa-dosan kami dan lindungilah kami dari azab neraka.” Dalam prisip pengusaha harus memiliki Sikap Aamanna (belief system) yang optimis, positive mindset, dan husnuzon sangka baik akan segala peristiwa bisnis usaha yang sedang dijalani.
2. Memiliki Keyakinan Bahwa Kita Hanyalah Menggunakan Sekitar 10% dari Total Potensi Otak Kita
Asumsi persentansi 10% dan 90% ini muncul dianalogikan seperti Permukaan Gunung Es (pikiran sadar) dan Di Bawah Permukaannya (pikiran bawah sadar yang memiliki potensi hingga 90% kelebihan).
Lalu bagaimana kita dapat memunculkan potensi tersembunyi ini? Nanti dahulu. Saat ini kita cukup berkeyakinan saja dahulu bahwa kita hanya menggunakan 10% saja rata-rata ketika kita pagi hari bangun dari tidur hingga akhir malam menuju istiriahat tidur.
Memahami hal ini kita perlu mempelajari bagaimana kondisi hipnosis itu terjadi. Suatu kondisi biopsikis alamiah dalam keseharian kita mengalaminya baik secara formal dan informal.
Secara informal artinya potensi otak kita hingga 90% terfokus kesana dalam situasi menonton Televisi, membaca novel, menyetir kendaraan, merenung/melamun, penuh emosional, dan keakraban yang sangat.
Saya pernah mengendarai motor roda dua dengan melihat ke kanan dan kekiri, namun kok lancar saja dan tidak menabrak orang yang di depan sangat dekat?
Kenapa kok bisa? Karena otak kita sudah terprogram secara bawah sadar melebihi kapasitas 10% tersebut. Dan bahkan bisa mengendarai dengan mata tertutup dalam beberapa detik. Luar biasa bukan otak kita ini?
Adapun suatu kondisi formal bisa kita rasakan ketika kita berdo’a, meditasi, atau menjalani sesi hipnoterapi.
3. Memiliki Keyakinan Apabila Pikiran-Tubuh dalam Keharmonisan, Maka Hasil-Hasilnya akan Luar Biasa.
Keselarasan pikiran dan tubuh (Mind-Body Congruence) sudah banyak diperbincangkan selama ini, banyak mendebat, banyak juga yang sepakat.
Apakah kamu pihak yang mendukung itu? atau yang menentangnya?
4. Memiliki Keyakinan Bahwa Pikiran Bawah Sadar kita Sedang Bekerja 24×7 Jam dalam Meraih Cita Cita Kita.
5. Lima (5) Why Positif, Spesifik, dan Diinginkan
Memiliki Tujuan Hidup/Impian (Outcome) yang didesain dengan Pernyataan Positif/Apa yang Diinginkan (Towards Motivation), Bukan Apa yang Ingin dijauhi (Away From Motivation), Bukan Apa yang Dibutuhkan & Keharusan (Neccessity), serta secara spesifik (Crystal Clear).
Tanyakanlah ke dalam diri Anda “Apa yang SEBENARNYA saya inginkan’? dalam konteks kehidupan Business, Personal Life, Relationship, etc.
“Anda tidak pernah terlambat untuk mengatur goal atau memimpikan sebuah mimpi yang terbaru.” -C.S. Lewis
Karena seringnya yang terjadi pada diri kita kita, di level kedalaman pikiran, malah kita sering termotivasi oleh hal sesuatu yang tidak kita inginkan (Away from of NLP Meta Program).
Jadi dengan Memiliki Keyakinan Bahwa Jika Kita Berkomitmen Ingin Mengejar (Toward For) Sesuatu Hal,
Maka Anda akan Melihat, Merasakan, dan Mendengarkan Sesuatu yang
Signifikan Muncul di Kehidupan Kita, Seperti Hasil-Hasil yang Lebih Baik,
Hasil-Hasil yang Lebih Cepat.
6. Imajinasi Sama Dengan Petunjuk Kenyataan
Keyakinan Bahwa “Meyakini itu Berbeda Dengan Mengetahuinya”. Andaisaja meyakini itu hal yang subjektif (faith, some case fragile), namun Mengetahui itu tanpa ada lagi keraguan (No Doubt Whatsoever).
Karena imajinasi akan terasa sama sensasinya jika saja bisa kita bayangkan naik terbang ke masa depan seolah-seolah sedang mengetahuinya, melihatnya, merasakan, dan mendengar-dengarkan situasi disana.
Seperti meyakini bahwa matahari akan terbit lagi besok pagi, ini adalah tanpa keraguan. Ini bukanlah unshakable belief (keyakinan yang tidak bisa diruntuhkan), tetapi unshakable knowledge/fact (pengetahuan fakta yang tidak bisa terbantahkan).
Kuncinya adalah bukanlah sebatas meyakini hal itu akan terjadi, tetapi terlebih telah mengetahui hal-hal itu akan terjadi (fakta empiris yang terukur).
“When you KNOW your outcome as a FACT you treat it in the same way as the sun coming up tomorrow. No matter what life throws at you, that belief will remain.” -Matthew G Barnett.
Seperti kata guru trainer NLP pak Barnett, apabila kita mendesain impian itu dengan meyakini saja masih disebut sebagai Jalan Satu Arah (One-way Street), tetapi ketika Anda MENGETAHUI tujuan Anda, sungguh mustahil jika Anda tidak dapat mencapainya.
7. Untuk Bahagia Tidak Perlu Mencapai Bahagia Dahulu
Image source: https://medium.com/@billyjude007/growing-a-positive-mindset-257354b04c06
“Karena emosi bahagia itu adalah sebuah keputusan.” -Matthew G. Barnett
Memiliki Keyakinan Bahwa Menjadi Bahagia itu Tidak Perlu Menunggu Bahagia, sungguh terdengar paradoks bukan? iya sih. Hal ini sebenarnya bisa dilakukan Sejak Dini, Saat Ini, dan Di Tempat Anda saat Ini Berada. Presupposisi ini berhubungan dengan Perbedaan antara EMOSI VS GOAL.
“Ketika aku mencapai/meraih X,Y,Z, maka aku akan merasa bahagia.”
“A Goal is written (digitally/paperbased) specifically and requires steps for its completion. Goal are stated as achievements and/or outcomes. States can be achieved straight away, but goal the time is involved. Goals can be measured, states are fluid in intensity. So, A State (Emotion) is a decision.” -Matthew G Barnett.
8. Circle Kesibukan Terfokus Impian Besar, Bukan Varian Kesibukan
Mengambil TINDAKAN (Action) ada dua jenis, maka pilihlah Tindakan yang terfokus Big Goal-nya. Rutenya boleh beda-beda, namun janganlah tindakan-tindakan dengan kesibukan yang berbeda-beda.
Mungkin kamu akan kehilangan atau mengurangi bergaul dengan orang-orang (Circles) yang hanya sering membuatmu tidak produktif atau menjauhkanmu dari Impian besarmu (Big Goal).
Mungkin kamu harus berpindah rute perjalanan dengan numpang lewat melaului rute-rute orang yang tidak produktif itu, tetapi bedakanlah dan telitilah bahwa apakah itu mendekatkanmu atau malah menjauhkanmu dari Target Impianmu ke depan.
“If what you are doing, does not support you, STOP IT! Time is short, time is PRECIOUS, and when it has gone it is gone forever.” -Matthew G Barnett.
Memiliki Keyakinan bahwa Fokus yang dibutuhkan adalah kebutuhan fokus terhadap pencapaian dari The BIG PICTURE Goal, agar membuka POSSIBILITES, bukan mendatangkan IMPOSSIBILITES/LIMIT yang tak teduga.
“Always bear in the mind that your own resolution to succeed is more important than any other.” -Abraham Lincoln.
9. Sesuatu Tidak Bekerja Maka Fleksibel-lah
Memiliki Keyakinan bahwa apabila ada sesuatu “tidak bekerja” pada diri, maka kamu bisa saja memerlukan fleksibilitas dalam diri. Andai saja kamu merasa satu kegiatan yang kamu lakukan terasa stagnan atau tidak mendekatkan kamu denga tujuan yang ingin capai, berarti apakah kamu tidak mulai memikirkan mengubah rute pada kegiatan/tindakan yang sekarang kamu jalani.
Seperti kata seorang trainer NLP ternama “Andai saja kamu harus mengubah arah itu adalah karena Impianmu itu mempunyai gerak. Namun kamu masih tetap menuju terhadap impianmu itu.”
10. Dimana Situasi Saya Sekarang?
“Saya telah memiliki beberapa sumberdaya yang dibutuhkan atau saya akan temukan yang baru dan membayangkan memilikinya,” -NLP Quote
Lihatlah kembali apa sumberdaya-sumberdaya yang telah kita miliki dan dapat dipergunakan saat ini? Apakah bisa dimanfaatkan atau malah sebaliknya. Dimana kondisi saya sekarang? bagaimana keuangan saya saat ini? dan fasilitas yang telah miliki sekarang?
11. Saya Bertanggung Jawab Penuh/Punya Kontrol Penuh Atas Masa Depan Saya
“I take responsibility only for the future, not the past. The past can’t hurt you the way the future can.” -Gregory Maguire
“Today and each day I love my life.” -Anonim
12. Where & How?, When & with Who? I Want This Goal?
Salah satu alasan kenapa banyak orang yang gagal mencapai goalnya adalah mereka tidak membuat suatu time frame (estimasi waktu hal itu ingin dicapai). Tanpa suatu deadline, suatu goal hampir susah untuk dicapai dengan tepat sasaran.
Bisa diibaratkan ketika kita menerima sebuah kirim amplop ke rumah kita terhadap sebuah tagihan namun tidak dicantumkannya tanggal batas akhir pembayaran tersebut. Misal “bayarlah kapanpun kau siap/punya uang”. Maka cenderung kita menundanya ke dalam sebuah antrian (queues) lagi, lagi, dan lagi menunda.
Kita perlu lah mendefeinisikan dengan jelas tanggal dan bahkan waktu kapan goal itu ingin dicapai.
13. Check the outcome is ecologically sound
Akankah orang lain diuntungkan atau dirugikan dalam meraih tujuan itu? Akankah masyarakat, planet, semesta diuntungkan atau dirugikan dalam mencapai tujuan itu?
Akankah saya nyaman dengan suatu perubahan? dari situasi saya sekarang, apabila meraih tujuan ini Apakah yang akan harus saya korbankan, jika saya meraih cita-cita ini?
Apakah yang akan terjadi jika saya Tidak meraih cita-cita ini? Apakah yang Tidak akan terjadi jika saya tidak meraih cita-cita ini?