Akhiri Kecemasan Berlebihan Bidang Pekerjaan Baru

image source: health.harvard.edu

Seorang wanita karir bersuami berinisial RL (30) warga Indonesia yang bekerja di kota Banjarmasin mengalami masalah kecemasan di lingkungan kerjanya. RL mengalami yang namanya “tidak bisa fokus”, “kumat”.

Dia mengatakan hari pertamanya bekerja ‘pingsan’ ketika pulang dan tiba di depan rumahnya. Semacam panic attack tuturnya. Setelah diskusi lebih lanjut, Dia mengungkapkan isi pikirannya bahwa dia mengeluh tidak memiliki kemampuan di bidang kerjanya, ketika situasi belajar langsung dituntut tanggungjawab, sulit beradaptasi, obrolan pimpinan lembut namun implisitnya sakit, serta sering muncul perasaan tidak berguna terus berkecamuk di dada RL.

RL yang sehari-harinya menjalani profesi bagian Kesekretariatan mengaku tidak ada yang mengajarinya di bidang barunya ini. Mengamati rekan-rekan kerjanya yang terlihat mampu dan terbiasa dengan pekerjaannya, membuat RL merasa kecil hati dan merasa tidak berguna.

Namun kondisi rumah tangganya sangatlah baik dan penuh kebahagiaan bersama suaminya ketika family time. Suaminya yang selalu mendukungnya, memotivasinya untuk Istri tercinta. Bahkan sang Istri sangat dimuliakannya, adanya suami yang melakukan segala sesuatunya demi kebaikan rumah tangga.

RL tidak perlu lagi memasak, mencuci, menyetrika karena semua telah dilayani dengan baik oleh sang suami tersayangnya. Pekerjaan yang Ibu RL dapatkan saat ini dia berkata hanyalah coba-coba dan kebetulan semata. Dia hanya penasaran dengan mencoba apply lalu akhirnya loloslah RL di profesi ASN dan kantornya saat ini.

Perpindahan karir dari tempatnya terdahulu terasa berbeda sekali ungkapnya. Dahulunya Bu RL sebagai kepala bidang dengan lima staf pendukungnya, sekarang malah mulai dari bawah kembali atau nol tuturnya.

Ditengah pembicaraan bersama, Konselor mencoba bertanya “Kalau menurut RL, yang memindahkan Bu RL ke Kantor XYZ, tindakan coba-coba ikut seleksi CASN ini? Atau Allah yg memindahkan RL?”, RL merespon Allah lah Tuhan yang memindahkannya ke tempat dan bidang pekerjaan barunya.

Dia juga berpikiran orang lain susah-susahnya mencari pekerjaan, namun terkadang terasa dihati untuk pindah dari kantor barunya ini yang terasa menyakitkan.

“Apakah selamanya kita di atas dan tanpa ujian? Bukankah kata Allah setiap ujian/penghinaan/penurunan derajat itu adalah strategi ujian Allah untuk menaikan kita ke tingkat yang lebih tinggi?”, tanya konselor

RL pun mengatakan lupa akan hal itu karena sedang memikirkan banyak hal. Kendatipun urusan sholat wajib lima waktu, muamalah syariah, dosa-dosa besar dijauhi, juga terjaga semua insya Allah ungkapnya.

“Iya, selama sholat lima waktu tepat waktu dan muamalah syariah dijaga, jauhi dosa besar. Tidak ada yang luput dari manajemen Allah memudahkan urusan apapun.” balas konselor

“Bagaimana jika melihat sebagai cerminan dari Allah yang sedang bicara ke RL? Ingin mengangkat derajat sosial RL bagus juga kan?”

Lalu RL merespon “Belum sampai sana, malah sebelum nerima SK ASN, aku malah berpikir mau resign, kok gini banget si aku sama diriku dan Allah, minta do’a terbaik, disaat dapat aku (malah) takut.” 

“Apa aku terlalu dini bilang gak bisa pada diriku?, jadi aku menganggap benang kusutku sendiri di kepalaku disaat aku tidak bisa mengurainya?”

Konselor pun menunjukkan ayat dari Kitab Suci Al Qur’an kepadanya, “Allah tidak membebani sesorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebaijkan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebeani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.’ ” Al Qur’an – Surah Al Baqarah Ayat 286

RL saat ini terus merasakan banyak hal, takut gak bisa, takut dibilang bodoh, takut di bilang “gini aja lambat”, takut gak bisa jalanin semuanya, takut panic attack/pingsan kambuh di kantor. Padahal RL bilang sudah berpengalaman kerja sejak usia 16 tahun di berbagai perusahaan sebelumnya.

Ketika RL minta pendapat orang-orang disekitarnya “Gimana menurut kalian kira-kira aku bisa gak?”, mereka bilang dirinya mampu. RL lupa bertanya dengan dirinya sendiri.

Konselor menanggapi “Berarti RL ingin kesempurnaan dan tidak ada kesalahan dalam bekerja?”

“Takut juga sama Allah sudah disumpah (pelantikan ASN). Sumpah jabatan aku gak ada cita-cita jadi ASN karena amanahnya berat kan?”, tambahnya RL

“Mas, aku bicara dengan mu menangis terus nih, tidak mau reda, 10 menit sudah, tidak tahu kenapa. Aku sudah lama tidak pernah menangis berapa tahun yo lah.”

“Iya aku baru sadar, aku tidak pernah nangis lagi, bahkan saat orang dekat meninggal pun seperti tidak bisa nangis”

Konselor juga menanggapi ketika RL merasa takut sama Allah karena sudah disumpah berkaitan dengan pekerjaannya. RL diperkataan sebelumnya “Takut juga sama Allah sudah disumpah”

“Bagaimana jika kamu tambahin dalam bagian akhir sumpah?, jika semua pekerjaan ASN menganggu sholat lima waktu/muamalah lingkungan kerja haram maka aku bersedia mengundurkan diri dari ASN atau melepas sumpah bekerja disini?” Kan kita gak perlu takut dengan sumpah nasionalisme itu? buatan manusia saja?” tantang Konselor

“Iya ya”, RL berpikir

“Yang baik datangnya dari Allah, yang kurang baik datangnya dari Syaithan. Maka kata Tuhan, gunakanlah Akal. Akal bukanlah otak, tetapi ayat-ayat kauniyyah, kesadaran-kesadaran jiwa dalam memikirkan cara kerja alam dan hubungan sesama manusia sekitarnya. Jadi sekarang tidak takut lagi kan dengan sumpah itu?”

RL merespon “Berjuang, jika menganggu aku, aku akan resign juga, karena aku seorang Ibu”. Konselorpun bilang “Itu hal wajar”

“Reda sudah aku menangis.” terang RL dengan perasaan lebih bahagia

“Terimakasih mas, semoga Allah memberikan berkah di ilmu yang kamu miliki”.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by WondersPsikologi (@wonderspsikologi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *