Pengertian ‘hipnotis’ menurut kamus Indonesia adalah “membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis, atau berkenaan dengan hipnosis.” (source: KBBI Offline 1.5.1, ebsoft.web.id).
Bagian sebelum tanda koma sungguh keliru definisinya, entah belum diupdate atau memang tim penyusun kamus kurang mengerti dengan kata turunan (derived language) dari hypnotist asalbahasa inggris yang sebenarnya bentuk objectivepronoun (kata ganti orang khusus). Dan itu bukanlah sebuah kata kerja, tetapi orang Indonesia sudah banyak menganggap ‘hipnotis’ sebagai kata kerja. Lihatlah banyaknya perkataan orang-orang, “Dia terhipnotis!”, “Apa kamu mencoba menghipnotisku?“ Seringnya tersebar frase ini semua di kalangan masyarakat dan media massa. Jadi, menurut saya ‘hipnotis’ adalah orangnya, kata benda, atau kata ganti, dan apapun yang Anda sebutkan yang penting itu bukan sebagai kata kerja. Sebenarnya yang kata kerja itu adalah hipnosis, dan hipnosis juga bisa sebagai kata benda. Selanjutnya saya akan menginformasikan Anda pengertian ‘hipnosis’ atau ‘hypnosis‘ dari Departemen Pendidikan Amerika bahwa “Hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind dan followed by the establishment of acceptable selecive thingking.” yang artinya “Hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya sugesti atau pemikiran tertentu [oleh pikiran bawah sadar].” (source: adiwgunawan.com) Sekarang Anda akan masuk aliran hipnotis atau gaya yang dimiliki seorang hipnotis ada beberapa. Urutan di bawah ini tidak bermakna apa-apa. Hanya saja, saya mau mengurutkannya berdasarkan yang paling mungkin Anda tahu. Yaitu pertama keyakinan banyak orang bahwa adanya pengaruh atau melibatkan jin atau makhluk ghaib, atau gendam, atau setan, atau istilah sejenisnya yang seringnya ditakuti oleh masyarakat praktek hipnosis ini. Urutan di bawah menuju ke semakin akhir mungkin semakin jarang masyarakat tahu. Lihatlah, dengarlah, dan rasakan video, foto, dan transkrip di bawah ini semua dan buka pikiran Anda, selamat datang di pengetahuan baru.
1. GENDAM & JIN (Pengaruh Sihir atau Jin Jahat yang Masuk ke Otak)
Ada perbedaan antara gendam atau sihir hipnosis dengan serangan jin jahat yang semampunya saya jelaskan, jika ada kesalahan mohon koreksi dengan komentar, karena informasi saya masih terbatas. Pertama, serangan sihir hipnosis (gendam) adalah mantra atau teknik ghaib tertentu yang diamalkan manusia (mungkin secara tidak tahu) dengan melibatkan atau bantuan jin yang tujuannya sengaja untuk menghipnosis calon korbannya agar tunduk dengan perintahnya yang sulit ditolak sugesti ghaibnya (kecuali orang yang dilindungi Allah swt atau berlindung kepada-Nya dengan Iman). Sedangkan serangan Jin yang jahil atau jahat adalah perbuatan Jin-nya sendiri yang melakukan hipnosis dengan cara masuk ke neuron otak lalu dimanipulasinya otak kita dan menjadi ‘terganggu berpikir dan emosinya’, dan lainnya (catatan: jangan jadikan gejala ini sebagai satu-satunya diagnosis atau rujukan dalam menilai seseorang, Wallahu’alam) yang teknisnya bagaimana, sains sekarang belum menemukan.
Ilustrasi Efek Ahli Tenaga Dalam yang mampu menjatuhkan. Tambahan: Tenaga dalam juga mampu membuat membicarakan rahasia diri/membuat kesurupan
oleh: *tanpa nama*
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=JTa8qepgxK8
Tambahan: Jika video embedded Vimeo di atas terblokir/tidak muncul, Gunakanlah Jaringan Anonimus / TOR Browser untuk menembus blokir Vimeo dari pemerintah/ISP.
Namun video di atas belum lengkap datanya jika saya beri penilaian, karena dalam aliran hipnotis ilmiah pun bisa menjatuhkan orang dengan komunikasi pikiran bawah sadar sering disebut ESP (Extra Sensory Perception). Jadi dalam video di atas saya tidak berani menyebutkan dia sedang melibatkan jin dalam hipnotisnya, tetapi bisa saja dengan cara ilmiah juga. Wallahu’alam. Sedangkan dalam hipnotis ilmiah bisa saja menarik seperti itu tapi diberikan anchor sebelumnya, karena di video ini tidak lengkap datanya tentang anchor, maka saya tidak bisa memberi penilaian, karena saya perlu hal yang komprehensif dan bertanggung jawab. (Anchor akan saya bahas di artikel selanjutnya.) Jadi, video di atas sebagai ilustrasi saja, jangan jadikan sebagai rujukan bahwa video di atas adalah melibatkan jin. Baca kembali paragraf sebelumnya dan tanda tanya di judul. Wallahu’alam. Bicara hal lain, jika Anda ingin menguasai ini, mudah saja datang ke ahli tenaga dalam dan belajar dengan mereka, atau ke paranormal. Tetapi tentu saja Anda tidak ingin, karena ini semua tidak boleh jika Anda Muslim apalagi Mukmin yang taat. Dan saya sedang membujuk Anda untuk menghindari itu semua, jangan salah faham dengan paragraf ini. Yang saya sarankan Anda belajar untuk mengatasi hal ini yaitu dengan belajar prinsip Ruqyah Syar’iyyah bagaimana mendapatkan kemampuan mengatasi gendam, serangan jin, bahkan kesurupan ini datang saja ke guru atau ustadz, atau ahli Ruqyah yang syar’i (untuk ciri-ciri ahli Ruqyah yang syar’i nanti diartikel lainnya.)
2. IMPRESSION (Pengaruh Kesan dan Kredibilitas)
Impression adalah segala bentuk nonverbal maupun verbal yang fungsinya mengendalikan atau membangun ekspektasi dan kredibilitas untuk mempengaruhi orang disekitarnya. Istilahnya mudahnya adalah jika Anda memberikan kesan yang super dan terlihat ahli, maka Anda dapat menggunakan modal itu untuk melakukan hipnosis jenis ini juga.
Contoh 1 Efek Ahli Hipnotis Impression bidang Hiburan
oleh: Romy Tunggul Widodo
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=RVX08RgEUVE
Oh ya, nama pun dengan dirubahnya menjadi Rafael itu adalah satu dari ribuan kesan yang direncanakannya untuk ‘dianggap’ ahli dalam bidangnya.
Selanjutnya adalah video hipnotis duduk. Anda tidak boleh posisi duduk saat menonton video yang satu di bawah ini untuk menghindarinya. Karena penulis masih belum menemukan video lanjutan untuk menghilangkan efek hipnosis dari potongan video satu ini, jadi berdirilah.
Jika sudah terlanjur Anda terhipnosis saat selesai video ini, penulis tidak bertanggungjawab efeknya akan selesai kapan, yang pasti akan selesai sendiri, hanya masing-masing orang unik berbeda waktunya.
Contoh 2 Efek Ahli Hipnotis Impression bidang Hiburan
oleh: Deddy Deodatus Sanjoyo
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=PulN0Mz0CsU
Anda terpersona dengan Impression Romy Rafael dan Deddy Corbuzier itu semua? Oh ya, nama pun dengan dirubahnya menjadi Corbuzier itu juga adalah satu dari ribuan kesan yang direncanakannya untuk ‘dianggap’ ahli dalam bidangnya dan memudahkan kesuksesan hipnosisnya. Saya akan beritahu Anda bagaimana caranya agar Anda bisa tahu rahasianya dan ahli hipnosis dasar ini. Caranya tentu dengan mulai:
Fahami teori dasarnya (nanti di artikel selanjutnya),
Lalu praktek dan praktek,
Lalu fahami teori lanjutannya,
dan Anda menjadi master saat praktek berikutnya.
Tetapi jika hanya ingin tampil di jalanan atau menunjukan kebolehan Anda dengan kolega Anda cukup hingga tahap 2 di atas. Karena untuk tahap 3 perlu waktu yang banyak.
Jika Anda sering menonton televisi acara I’m Possible (bukan Im Possibble alias ImPossible). Trainer yaitu Merry Riana dalam motivasinya menggunakan pola bahasa hipnotik yang mampu membawa pendengarnya menuju perubahan.
Dan sebenarnya dalam proses motivasi (alias Coaching) ini tidak begitu memerlukan kedalaman substansi konten (bobot) yang diberikan, tetapi cukup dengan bagaimana Anda mengatakan (verbal) dan menampilkan (nonverbal) yang menghipnotik.
Yang didalamnya Verbal dan Nonverbal banyaknya terdapat aliran psikologi dari NLP (Neuro-Linguistic Programming) spesialis Coaching.
Tanpa panjang lebar, lebih baik Anda modeling sendiri apa yang sebenarnya akan Anda dengar di video berikut ini, dan terlihat menarik cara penyampaian, yang membuat Anda merasa terhipnotis meng-IYAKAN nya.
Padahal contohnya saya replay kembali yang kedua kalinya (mungkin Anda yang ketiga kalinya atau lebih) saya sadar yang dia sampaikan sederhana saja, dan mungkin substansi (bobot) kontennya mungkin dangkal, tidak seperti konseling atau terapi, tetapi Verbal dan Nonverbal Hypnotic NLP Coaching nya yang membuat menembus pikiran bawah sadar kita.
Contoh 1 Efek Ahli Hipnotis dalam Bidang Coaching/Motivasi
oleh: Merry Riana
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=Nx-ZbfIRC9M
Contoh 2 Efek Ahli Hipnotis dalam Bidang Marketing
oleh: Iklan Hotel Trivago
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=VumHDdSYCso
Saya akan beritahu Anda bagaimana caranya agar Anda bisa mampu membujuk orang seperti mereka di atas (saya bukan motivator), saya hanya memberi informasi berharga untuk Anda. Caranya agak sedikit berbeda tergantung jalan yang Anda akan ambil. Ada dua jalan, yang ketiga hanya gabungan saja:
a) NLP Coaching b) Murni Pengalaman, Kebijaksanaan, dan Hikmah c) Gabungan Keduanya Jika jalan a) maka Anda jangan belajar teori dasarnya melalui buku, artikel, internet, atau teman, tetapi ikuti pelatihannya yaitu pelatihan NLP yang lebih spesifik yaitu Coaching. Karena pelatihan NLP umum akan terlalu luas yang diajarkan seperti psikologi umum dan psikoterapi, dan lain-lain. Dalam pelatihan NLP Coaching Anda akan belajar dua hal; (i) Verbal Hypnotic Patterns yaitu bagaimana menggunakan gaya distortion, deletion, generalization, framing direction., (ii) Nonverbal Hypnotic Patterns yaitu bagaimana menggunakan bahasa tubuh Anda, volume suara, intonasi, kecepatan, dan banyak lagi dalam nonverbal ini. Jika jalan b) maka Anda bisa model atau tiru Mario Teguh dengan membeli buku biografinya atau informasi tentang perjalanan hidupnya sebelum menjadi motivator. Jika jalan c) tentu Anda sudah faham, ini adalah gabungan dari kedua jalan atau aliran tersebut. Tentu ada persentase porsinya juga yang mana lebih banyak terlihat.
4. MEDICINE (Pengaruh Obat dan Zat kimia)
Scopolamine tak hanya dikenal sebagai media mencari kesenangan atau narkoba dan penanganan masalah medis, tapi juga alat untuk berbuat kejahatan. Cara pemakaiannya mirip dengan bius. Di mana korban dipaksa untuk menghirup bubuk atau bahkan tidak menyadari terkena secara diam-diam dari penjahat. Scopolamine biasanya pasti akan langsung bereaksi. (source: http://www.boombastis.com/narkoba-scopolamine/78830) Begitu Scopolamine terhirup, korban bakal langsung membeku. Seperti terhipnotis, mereka akan merasakan halusinasi yang luar biasa. Dari sini, pelaku biasanya akan langsung melancarkan aksi jahatnya. Entah mempereleti harta korban, atau hal yang lebih buruk lagi.. (source: http://www.boombastis.com/narkoba-scopolamine/78830). Hal ini juga dapat berfungsi sebagai obat suntik atau serum kebenaran, dengan resiko yang super tinggi dampak lainnya. Penghambatan pembentukan memori awal juga memberikan andil dalam keberhasilan tujuan ini. Kalaupun dia bisa menciptakan kebohongan, dia tidak akan bisa mengingat kebohongan yang ia buat, sehingga ketika pertanyaan yang sama diajukan untuk kedua kalinya, jawabannya tidak akan konsisten, karena ia tidak pernah bisa mengingat jawaban yang pertama. (source: http://www.kompasiana.com/lestarirahmah/scopolamine-obat-menakutkan-yang-kerap-digunakan-untuk-aksi-kriminal_57f9dfec29b0bd8f10655cf7)
Peringatan: Saya tidak bertanggung jawab jika ada yang membeli dan menyalahgunakan obat ini. Informasi diangkat pastilah bermanfaat, itulah kenapa saya berbagi isu rahasia.
5. GESTALT & EGO-STATE (Pengaruh Self-Dialogue & Mediasi Bagian Pikiran)
Berhubung tidak diperbolehkannya dipublikasikan rahasia klien yang diterapi, dan tentu saja sulitnya mencari video tersebut di internet, maka sebagai gantinya saya jelaskan dengan alternatif transkrip hasil hipnoterapi aliran gestalt & ego-state therapy ini dari sebuah cerita kasus. Ego-State Therapy adalah teknik psikoterapi yang digunakan oleh hipnoterapis klinis dalam memandu orang-orang mengatasi masalah dirinya. Ego-state therapy bertujuan memediasi bagian pikiran atau emosi yang terdapat kesakitan, trauma, kemarahan, frustasi, memfasilitasi ekspresi, melepaskan, kenyamanan, dan memberdayakan. Intinya adalah mengatasi konflik dalam diri dan mengenal bagian diri atau pikiran untuk keuntungan kita. (source: Antonius Arif, Handbook Workshop Ego-state Therapy: Understanding the Technique, Des 2010) Sedangkan ego-state adalah salah satu bagian dari sekumpulan kelompok yang mempunyai keadaan atau kondisi emosi yang setara, yang dibedakan berdasarkan tugas khusus, perasaan (mood) dan fungsi mental dimana ketika kesadaran diasumsikan sebagai identitas dari orang tersebut. (souce: Antonius Arif, Handbook Workshop Ego-state Therapy: Understanding the Technique, Des 2010) Sedangkan ‘Gestalt’ adalah sebuah aliran dalam ilmu psikologi, yang dalam konteks ini kita menginformasikan mengenai teknik psikoterapi chair therapy yang sering diaplikasikan dalam hipnoterapi. Tanpa perlu panjang lebar, sekarang saya mengambil kutipan atau transkrip sesi hipnoterapi yang ada di salah satu buku yang dijual di gramedia. Berikut adalah contohnya oleh seorang hipnoterapis (source: Adi W Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring, 2007):
Ani yang Takut Tensoplast karena Pengalaman Berdarah, Dipaksa dan Dimarahi Ibunya, serta penguatan hal lainnya
Waktu dan Lokasi: Agustus 2006 Studium General Fakultas Psikologi UBAYA
Adi W Gunawan (AWG): “Di sini ada yang mau diterapi? mungkin ada yang fobia terhadap kecoa, ular, atau tikus?
Seorang Ibu: (mengangkat tangan) Saya minta diterapi, Pak.
AWG: (Meminta Ibu Ani maju ke depan dan duduk di kursi. Saya duduk di sebelah kanannya. Audiens mengamati secara langsung terapi yang saya lakukan sambil melihat slide Therapeutic Procedure yang saya tampilkan di layar.
AWG: (kepada Audiens) Saya akan menjelaskan apa yang saya lakukan pada Ibu Ani dengan mengacu pada prosedur terapi yang telah saya uraikan tadi.
AWG: (kepada Ibu Ani) Ibu Ani, apa yang bisa saya bantu?
Ani: Saya punya fobia, pak
AWG: Fobia terhadap apa?
Ani: Saya fobia terhadap Tensoplast (Ani tersenyum dan rekan-rekannya tertawa mendengar penjelasannya).
AWG: Wah, saya baru pertama kali nih mendengar ada orang yang takut sama Tensoplast. Kalau takut dengan tikus, ular, darah, ketinggian, terkontaminasi, dan yang lain, pernah saya baca. Mungkin kita perlu memberikan nama baru, yaitu Tensoplastphobia (Saya bercanda sambil tertawa.))
(Ani dan audiens juga tertawa mendengar kelakar saya. Hal ini saya maksudkan untuk membuat Ani rileks sehingga mudah untuk diterapi.)
AWG: (kepada audiens) Sebenarnya tidak ada yang namanya takut pada Tensoplast. Manusia lahir hanya dengan membawa dua rasa takut, yaitu takut jatuh dan takut pada suara keras. Semua ketakutan yang dialami seseorang, selain dua ini, adalah ketakutan yang dipelajari. Bila kita bisa belajar menjadi takut akan sesuatu, kita juga bisa belajar untuk menanggalkan rasa takut. If you can learn it then you can unlearn it. Sederhana bukan? Yang membuat proses unlearn menjadi sulit adalah karena kita tidak tahu caranya. Ketakutan atau fobia adalah suatu bentuk emosi. Emosi terletak di pikiran bawah sadar. Karena itu, agar efektif, terapi harus bisa menjangkau pikiran bawah sadar. Kalau tidak, dapat dipastikan bahwa terapi tidak akan efektif dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
AWG: Bisa Ibu ceritakan kapan Ibu mulai merasa takut pada Tensoplast?
Ani: Saya tidak ingat secara pasti. Seingat saya, sejak kecil, saya sudah takut sama Tensoplast Mungkin mulai usia 6 atau 7 tahun.
AWG: Apanya Tensoplast yang membuat Ibu takut?
Ani: Nggak tahu ya, Pak. Pokoknya, setiap kali melihat Tensoplast, saya langsung merasa tidak enak. Perut saya mual, jantung berdebar-debar, dan kepala saya pusing.
AWG: Apakah selalu merek Tensoplast? Kalau melihat plester merek lain, apakah Ibu juga akan mengalami perasaan takut, mual, pusing, berdebar-debar?
Ani: Mereknya nggak masalah, Pak. Pokoknya, kalau warna plesternya coklat dan ada bagian yang berwarna kuning, itu lho bagian yang ada obatnya, saya pasti akan langsung mengalami reaksi negatif itu.
AWG: (kepada pembaca) Saya berusaha melokalisir penyebab trauma ke satu trigger yang spesifik.
AWG: (kepada Audiens) Ada yang punya Tensoplast? Kalau ada, tolong tunjukkan kepada saya.
AWG: (kepada pembaca) Ada audiens yang membawa Tensoplast. Saat melihat Tensoplast yang masih terbungkus, Ani tidak terlalu takut.
AWG: (kepada Audiens yang membawa Tensoplast) Tolong Tensoplastnya dibuka.
AWG: (kepada pembaca) Saat melihat Tensoplas yang berwarna coklat, postur tubuh Ani langsung berubah. Ia kelihatan gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang. Mukanya agak pucat. Tangannya kaku.
AWG: (kepada Audiens yang membawa Tensoplast) Tolong Tensoplastnya disimpan dulu. Saya akan membutuhkannya di akhir sesi terapi.
AWG: Apa yang Ibu rasakan?
Ani: Yai itu, Pak. Saya takut, tegang, mual, pusing.
AWG: Kalau Ibu saya paksa untuk menyentuh atau memgang Tensoplast, apa yang akan terjadi> Apakah Ibu pernah memaksakan diri untuk mencoba memgang Tensoplast? Reaksinya bagaimana?
Ani: Kalau saya memaksakan diri untuk memegang Tensoplast, selain merasa mual, pusing, mau muntah, takut, jijik, dan ngeri, saya tidak akan bisa makan selam satu hari karena sangat terganggu oleh perasaan itu.
AWG: Sebagai seorang lulusan psikologi, mengajar di fakultas psikologi, Ibu pasti tahu banyak soal terapi. Apakah Ibu pernah mencoba menerapi diri Ibu sendiri atau meminta bantuan terapis?
Ani: Dulu pernah, Pak. Saat kuliah, saya mendapat mata kuliah Cognitive Therapy. Kami diminta untuk menterapi diri sendiri sambil dibantu, dipantau perkembangannya. Di akhir semester, kami diminta untuk melakukan presentasi di depan kelas mengenai proses terapi yang dilakukan dan hasilnya.
AWG: Terus… hasilnya bagaimana?
Ani: Saya nggak berhasil, Pak. Malah sewaktu diminta untuk mempresentasikan proses dan hasil terapi, saya tambah ketakutan. Akhirnya, saya jadi nggak bisa presentasi.
AWG: (Kepada pembaca) Saya mengedukasi pikiran Ani mengapa ia perlu berubah.
AWG: Mengapa Ibu ingin sembuh dari fobia ini?
Ani: Fobia ini sangat menganggu hidup saya. Masa sama Tensoplast saja takut. Kan, nggak masuk akal.
AWG: Apakah Ibu pernah mengalami hal negatif kaerna fobia ini?
Ani: Dulu sewaktu masih di SMP, saya pernah jatuh dan lutu saya terluka. Saya tidak berani memberitahu orangtua saya. Karena takut kalau dipasangi Tensoplast, saya akhirnya menyembunyikan luka itu. Di rumah saya pakai celana training. Jadi, nggak ada yang tahu kalau lutut saya sebenarnya luka. Akibatnya, kaki saya bengkak dan sakit sekali.
AWG: Apakah ada hal negatif lain yang Ibu alami karena fobia ini?
Ani: Saya jadi takut sekali kalau harus ke rumah sakit. Seringkali saya terpaksa harus datang menjenguk kalau ada keluarga atau kawan dekat yang masuk rumah sakit. Saya begitu ketakutan karena tahu di rumah sakit pasti ada banyak plester atau Tensoplast. Ada yang dipasang di lengan atau punggung tangan supaya jarum infus tidak lepas. Nah, kalau ke sana, saya harus masuk dan berbicara dengan orang yang saya jenguk. Kalau pas di badan mereka ada Tensoplast yang menempel, saya biasanya langsung pusing dan mual. Tapi saya menguat-nguatkan hati saya. Begitu pulang, saya langsung nggak bisa makan selama satu hari.
AWG: Ada pengalaman lain lagi?
Ani: Ada, Pak. Saat saya memberikan kuliah di depan kelas, ada seorang mahasiswi yang kebetulan di lutunya ditempeli Tensoplast berwarna coklat. Saat melihat Tensoplast itu, saya langsung mual. Kuliah terpaksa dihentikan karena saya tidak bisa meneruskan mengajar.
AWG: Apa keuntungan yang akan Ibu rasakan bila diakhir sesi ini Ibu bisa sembuh dari fobia terhadap Tensoplast? Perubahan positif apa yang akan Ibu alami?
Ani: Wah, tentu banyak manfaatnya bagi hidup saya.
AWG: Misalnya apa?
Ani: Saya akan berani ke rumah sakit untuk menjenguk rekan atau keluarga yang sakit.
AWG: Apa lagi?
Ani: Saya akan bisa merawat diri saya dengan lebih baik. Jika terluka, saya bisa mengobati luka itu. Misalnya dengan Tensoplast. Kalau ada anggota keluarga yang terluka, saya bisa merawat mereka dengan membersihkan lukanya dan memasang plester atau Tensoplast. Nanti, kalau punya anak, saya bisa merawat dan mengobati anak saya, kalau mereka jatuh dan terluka.
AWG: Ada lagi?
Ani: (Sambil tersenyum) Saya akan tetap bisa mengajar walaupun ada mahasiswa atau mahasiswi yang lututnya ditempeli Tensoplast.
AWG: (Kepada audiens) Saya sengaja bertanya kepada Ibu Ani mengenai efek negatif dari fobia dan keuntungan yang akan ia rasakan bila sembuh dari fobia ini. Sampai saat ini, saya masih mengedukasi pikiran sadarnya. Nanti, saat menghipnosis Ibu Ani dan menerapinya dalam kondisi trance, saya langsung bermain di pikiran bawah sadarnya. Jika pikiran sadar bisa kita buat agar mau menerima perubahan, terapi akan dapat dilakukan dengan mudah.
AWG: (Kepada Ani) Ibu, sebelum melanjutkan, saya ingin tahu bagaimana perasaan ibu bila saya bicara tentang hipnosis atau hipnoterapi? Apakah ada bagian dari diri Ibu yang merasa takut atau menolak?
Ani: Tidak, Pak. Saya telah mendengar uraian Bapak tadi ketika sharing. Jadi saya tahu apa itu hipnosis dan hipnoterapi. Tadinyan memang ada sedikit perasaan takut atau tidak enak karena persepsi saya kurang tepat mengenai hipnosis. Sekarang sudah jelas.
AWG: Kalau begitu, apakah Ibu siap untuk saya hipnosis?
Ani: Siap, Pak.
AWG: (Kepada pembaca) Selanjutnya proses Induksi.
AWG: (Kepada audiens) Orang yang fobia terhadap suatu objek biasanya physically suggestible. Saya akan menggunakan teknik induksi eye fixation, memandang ujung jari. Kemudian dilakukan deepening dengan menghitung turun dari 10 ke 1, dan dilanjutkan dengan menjatuhkan tangan ke
AWG: Ibu
duduk dengan rileks. Ya, seperti itu. Punggung tegak. Telapak kaki menapak ke
lantai. Kedua tangan diletakkan. Ya, seperti itu. Nanti, kalau saya memberikan
instruksi “tidur yang dalam”, itu artinya bukan tidur seperti
pengertian umum. “Tidur yang dalam” berarti” kondisi relaksasi
yang sangat dalam, sangat nyaman. Semakin dalam berari semakin rileks, semakin
tenang, semakin nyaman. Oke, Bu. Saya akan menghipnosis Ibu. Apakah Ibu
siap?
AWG: Ibu duduk dengan rileks. Ya, seperti itu. Punggung tegak. Telapak kaki menapak ke lantai. Kedua tangan diletakkan. Ya, seperti itu. Nanti, kalau saya memberikan instruksi “tidur yang dalam”, itu artinya bukan tidur seperti pengertian umum. “Tidur yang dalam” berarti” kondisi relaksasi yang sangat dalam, sangat nyaman. Semakin dalam berari semakin rileks, semakin tenang, semakin nyaman. Oke, Bu. Saya akan menghipnosis Ibu. Apakah Ibu siap?
Ani: Saya siap, Pak.
AWG: (Sambil berdiri, saya memposisikan jari kelingking sedikit di atas sebelah kanan mata Ibu Ani.) Ibu, wajah Ibu tetap mengarah ke depan. Sekarang lihat ujung jari kelingking saya. Fokuslah pada ujung jari saya. Ya, seperti itu.
Semakin Ibu pandang, mata Ibu mulai terasa berat. Mulai berkedip… ya, bagus sekali. (Mata Ibu Ani mulai berkedip.) Semakin lama semakin berat. Kelopak mata Ibu semakin berat, semakin ingin menutup. (Mata semakin sering berkedip.)
Sampai pada hitungan ketiga, Ibu akan langsung menutup mata, dan tidur yang dalam.
Satu… mata Ibu semakin berat…. Dua… kelopak mata semakin berat dan ingin menutup…. Tiga…. TUTUP MATA dan tidur yang dalam.
AWG: (Kepada pembaca) Mata Ibu Ani menutup dan langsung terjadi REM, tanda bahwa ia sudah masuk ke kondisi trance.
AWG: Saya akan menghitung turun dari 10 ke 1. Setiap hitungan turun membuat Ibu dua kali lebih dalam dari kondisi sebelumnya. Sepuluh… semakin rileks…. Sembilan… dua kali lebih dalam dari sebelumnya…. Delapan…. Enam…. semakin dalam, semakin rileks. (Kepala Ibu Ani semakin terkulai ke depan) Lima… Empat… tiga… semakin dalam…. Dua… satu… Kini Ibu telah benar-benar rileks. Saya akan mengangkat tangan kanan Ibu. Ibu pasrah saja. Tidak usah membantu saya. (Saya kemudian memegang pergelangan kanan Ibu Ani dan mengangkatnya perlahan-lahan.)
Saya akan melepas tangan Ibu. saat tangan Ibu jatuh dan menyentuh pangkuan, Ibu akan sepuluh kali lebih dalam dari kondisi sekarang. (Saya memperhatikan napas Ibu Ani. Saat ia menghembuskan nafas, saya melepaskan tangannya.)
Ibu, kalau Ibu masih bisa mendengar suara saya, tolong gerakkan telunjuk tangan kanannya.)
Ani: Menggerakkan telunjuk tangan kanannya dengan lemah dan perlahan. Ini tandanya Ibu Ani telah berada dalam kondisi trance yang cukup dalam.
AWG: (kepada Audiens) Saya memeriksa kedalaman trance Ibu Ani dengan ideomotor response. Kalau gerakan jarinya kuat dan cepat, itu berarti Ibu Ani belum terlalu dalam. Tadi kita lihat gerakannya lemah dan lambat. Itu berarti Ibu Ani sudah masuk ke dalam kondisi trance yang cukup untuk terapi.
AWG: (Kepada Pembaca) Berikutnya tahap Regression
AWG: Ibu, saya ingin agar Ibu mengalami kembali perasaan takut, jijik, ngeri, mual, pusing, atau perasaan apa saja yang muncul saat Ibu melihat, menyentuh, atau memegang Tensoplast. Saya akan menghitung naik dari 1 ke 10. Saya ingin agar Ibu merasakan, mengalami kembali perasaan atau emosi itu. Setiap hitungan naik membuat perasaan ini tumbuh semakin kuat.
Satu… dua… tiga… Sekarang perasaan itu muncul. Empat… lima… perasaan itu semakin kuat Ibu rasakan. Enam… tujuh… perasaan itu semakin kuat. Delapan… semakin kuat….
Sembilan… rasanya seperti gelombang yang menyapu seluruh diri Ibu… sangat kuat Ibu rasakan. Sepuluh… sekarang perasaan itu sangat kuat ibu rasakan.
Saya akan menghitung dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga dan setelah mendengar suara jentikan jari saya, Ibu akan kembali ke masa lalu dalam hidup Ibu, saat pertama kali muncul perasaan yang Ibu alami sekarang.
AWG: Satu… dua… tiga… (Saya langsung menjentikkan jari saya.) Ibu berada di luar atau di dalam rumah? cepat beri jawaban.
Ani: Di luar rumah.
AWG: Siang atau malam hari?
Ani: Siang hari.
AWG: Anda sendiri atau dengan orang lain?
Ani: Dengan orang lain.
AWG: Siapa orang itu?
Ani: Adik saya.
AWG: Berapa usia anda sekarang?
Ani: Empat tahun.
AWG: Ceritakan apa yang terjadi.
Ani: Saya sedang di halam rumah bersama adik saya yang berusia dua tahun. Adik naik sepeda roda tiga. Saya mendorong adik. Lalu, saya terjatuh.
AWG: Terus… apa yang terjadi?
Ani: Saya menangis karena terluka.
AWG: Terluka di bagian mana?
Ani: Siku kanan saya luka dan berdarah. Sakit sekali. Ibu datang dan membawa obat. Ibu membersihkan luka saya. Selanjutnya Ibu memberikan bubuk obat berwarna hijau di luka itu.
AWG: Terus ceritakan….
Ani: Saya menangis karena takut dan sakit. Setelah diberi bubuk hijau, Ibu memasang Tensoplast di luka saya. (Sampai di sini postur tubuh Ibu Ani berubah.)
AWG: Terus… apa yang terjadi?
Ani: Saya tidak mau dipasangi Tensoplast.
AWG: Mengapa tidak mau?
Ani: Karena lukanya sangat sakit. Saya takut tambah sakit.
AWG: Apa yang dilakukan oleh Ibu?
Ani: Ibu marah dan tetap memaksa memasang Tensoplast. Ada tiga Tensoplast yang dipasang di luka saya.
AWG: Bagaimana perasaan Ani saat ini?
Ani: Saya marah kepada Ibu karena Ibu memaksa, padahal saya tidak mau karena sakit.
AWG: (Kepada pembaca) Biasanya fobia lebih disebabkan karena aspek emosi yang terpendam, bukan karena objeknya. Selanjutnya adalah Proses Gestalt, Reeducation, Rewriting History, Forgiving.
AWG: Oke, sekarang saya minta Anda untuk memunculkan Ani yang sudah dewasa. Ani besar ini sekarang berdiri di samping Ani kecil. Bila sudah muncul, gerakkan telunjuk tangan kanan Anda.
Ani: Menggerakkan telunjuk tangan kanan.
AWG: Saya berbicara kepad Ani besar. Sekarang Anda menjadi Ani besar, dengan pengetahuan, kedewasaan, pola pikir orang dewasa, dan kebijaksanaan Anda saat ini, tolong jelaskan kepada Ani kecil bahwa apa yang dilakukan Ibu, memasang Tensoplast, sebenarnya adalah sesuatu yang baik dan demi kebaikan Ani sendiri.
Ani: (Ani besar berbicara kepada Ani kecil.) Ani takut, ya? Nggak apa-apa, kok. Yang Ibu lakukan ini semuanya demi kebaikan Ani, supaya lukanya bisa segera sembuh dan Ani tidak sakit lagi.
AWG: Sekarang jadi Ani kecil dan bicara kepada Ani besar.
Ani/kecil: Tapi saya nggak mau karena sakit sekali. Kan tidak harus dipasangi Tensoplast.
AWG: Jadi Ani besar. Tanyakan perasaan Ani kecil.
Ani/besar: Waktu dipasangi Tensoplast, apa yang Ani rasakan?
AWG: Sekarang jadi Ani kecil. Jawab pertanyaan Ani besar.
Ani/kecil: Ani takut sakit. Ani marah sama Ibu karena Ibu memaksa, padahal Ani tidak mau.
AWG: Ani kecil, sekarang Ibumu ada di depanmu. Ceritakan kepada Ibu perasaan Ani saat Ibu memaksa memasang Tensoplast.
Ani/kecil: Ibu jahat. Ibu memaksa padahal Ani tidak mau.
AWG: Sekarang jadi Ibu. Nah, Ibu, apa jawaban Ibu terhadap keluhan Ani?
Ani/Ibu: Ani, bukan maksud Ibu memaksa atau menyakitimu. Setelah dibersihkan dan diberi bubuk, luka Ani harus ditutup supaya tidak kotor dan tidak infeksi. Maka Ibu kasih Tensoplast.
AWG: Sekarang jadi Ani kecil. Bicara kepada Ibu.
Ani/kecil: Tapi Ani tidak mau.Rasanya sakit. Kenapa Ibu tetap memaksa?
AWG: Jadi Ani besar. Beri penjelasan kepada Ani kecil bahwa yang dilakukan Ibu, selain demi kebaikan Ani kecil, juga merupakan bentuk cinta Ibu kepada Ani kecil.
Ani/besar: Ani, Ibu melakukan ini bukan karena ingin menyakiti Ani. Ani salah faham. Ini dilakukan Ibu karena Ibu sayang sama Ani. Ibu ingin agar Ani cepat sembuh. Kalau tidak diobati dan ditempeli Tensoplast, nanti bisa infeksi. Kalau infeksi, bisa makin sakit.
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Ani, kalau Ani besar yang memasangkan Tensoplastnya ke lukamu, mau nggak?
Ani/kecil: (Diam sesaat.) Mau. Tapi sakit nggak?
AWG: Oh tidak. Ani besar akan memasang Tensoplast dengan sangat hati-hati. Pasti tidak sakit. Mau kan?
Ani/kecil: He’eh. Mau….
AWG: Sekarang saya akan menghitung dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga, Anda mundur ke masa sebelum Tensoplast dipasang oleh Ibu. Saat itu, Ibu telah memberikan bubuk hijau, tetapi belum memasang Tensoplast.
Satu… dua… tiga…. Saya bicara kepada Ibu. Ibu, katakan kepada Ani kecil bahwa Ibu tidak akan memaksa memasang Tensoplast. Biarkan Ani besar yang memasangkan untuk Ani kecil. Sekarang jadi Ibu dan bicara kepada Ani kecil.
Ani/Ibu: Ani, biar Ani besar saja yang memasangkan Tensoplast ya. Mau kan?
AWG: Jadi Ani kecil dan jawablah Ibu.
Ani/kecil: Ya, Bu. Tapi nggak sakit, kan?
AWG: Jadi Ibu dan yakinkan Ani kecil bahwa ini sama sekali tidak sakit.
Ani/Ibu: Nggak sakit kok.
AWG: Sekarang jadi Ani besar. Pasangkan Tensoplast ke luka Ani kecil. Lakukan dengan hati-hati.
Ani/besar: Ani, sekarang saya pasang Tensoplastnya ya. Biar cepat sembuh. Nggak sakit kok, Sebentar saja. Mau kan?
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Ani, mau kan?
Ani/kecil: Mau….
AWG: Sekarang jadi Ani besar. Pasangkan Tensoplastnya. Ambil waktu secukupnya. Kalau sudah, katakan, “selesai.”
AWG: (Kepada pembaca) Saya menunggu beberapa saat. Terlihat keraguan pada diri Ani besar. Saya menunggu lagi beberapa saat. Namun, sama sekali tidak ada kata “selesai”.
AWG: Saya bicara ke kepada Ani besar. Apa yang terjadi? Apakah Ani kecil tidak mau dipasangi Tensoplast?
Ani/besar: Ani kecil mau, Pak. Saya yang tidak berani memegang Tensoplast itu. Jadinya nggak bisa saya pasang.
AWG: (Kepada Audiens) Di sini terlihat bahwa emosi karena fobia menghalangi Ani besar untuk memasang Tensoplast. Ani besar tidak memegang Tensoplast karena fobianya belum dibereskan. Sebenarnya ada cara yang lebih mudah, yang biasa saya gunakan, yaitu dengan teknik memaafkan. Saya sengaja menggunakan cara yang agak berbeda agar bisa terlihat bedanya. Fobia ini adalah akibat dari pengalaman yang dialami Ani kecil dan berakibat sampai Ani dewasa.
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Ani, apakah Ani masih merasa marah kepada Ibu?
Ani/kecil: Ya.
AWG: Ani kan tahu bahwa yang Ibu lakukan adalah demi kebaikan Ani. Apabila hal ini ternyata membuat Ani marah, maukah Ani memaafkan kesalahan Ibu?
Ani/kecil: Mau.
AWG: Jadi Ibu. Ibu, Anda tahu bahwa saat Anda memaksa memasang Tensoplast ke luka Ani, itu ternyata membuat Ani marah. Kemarahan ini akhirnya menjadi fobia yang terbawa terus sampai Ani dewasa. Fobia ini sangat mengganggu hidup Ani. Dalam kesempatan ini, demi membantu Ani untuk sembuh dari fobia ini, maukah Ibu meminta maaf kepada Ani?
Ani/Ibu: Tentu saya mau.
AWG: Sekarang, Ibu bicara kepada Ani kecil.
Ani/Ibu: Ani, Ibu minta maaf kalau ternyata perlakuan Ibu membuat Ani marah. Ani mau memaafkan Ibu kan?
AWG: Jadi Ani kecil. Jawab pertanyaan Ibu.
Ani/kecil: Ya, Bu. Ani maafkan. Tapi lain kali Ibu janji nggak memaksa Ani lagi ya.
AWG: Jadi Ibu. Jawab Ani kecil.
Ani/Ibu: Ya, Ibu janji. Maafkan Ibu ya.
AWG: Ibu, peluk Ani dan berikan kehangatan cinta kasih Ibu. Ambil waktu, bila dirasa sudah cukup, katakan, “Selesai.”
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Sebagai tanda Ani memaafkan Ibu, terima pelukan sayang Ibu. Rasakan kehangatan cinta kasih Ibu mengalir ke dalam hatimu. Ambil waktu secukupnya.
AWG: (Kepada pembaca) Saya menunggu beberapa saat.
Ani/Ibu: Selesai.
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Bagaimana perasaan Ani sekarang?
Ani/kecil: Lega, Pak. Sudah jauh lebih enak. Saya senang dan bahagia.
AWG: Saya bicara kepada Ani besar. Apakah sekarang siap untuk memasang Tensoplast di Luka Ani kecil?
Ani/besar: Siap, Pak.
AWG: Baiklah, saya beri waktu untuk memasang Tensoplast ke luka Ani kecil. Ambil waktu secukupnya. Kalau sudah, katakan, “Selesai.”
AWG: (Kepada pembaca) Saya menunggu beberapa saat.
Ani/besar: Selesai.
AWG: Saya bicara kepada Ani kecil. Bagaimana rasanya sekarang setelah dipasangi Tensoplast? Sakit? Masih ada perasaan marah atau takut?
Ani/kecil: Nggak apa-apa. Sama sekali tidak sakit.
AWG: Saya bicara kepada Ani besar. Sekarang katakan kepada Ani kecil bahwa Anda akan selalu berada di sisinya bila ia membutuhkan Anda. Anda akan selalu menyayangi dan melindunginya. Tidak perlu takut pada apapun.
Ani/besar: Ani, saya akan selalu berada di sisimu saat kamu membutuhkan saya. Saya akan selalu melindungimu.
AWG: Saya bicara kepada Ani besar. Beri pelukan kepada Ani kecil. Ani kecil adalah Ibu Ani setelah dewasa. Kalian adalah satu. Katakan kepada Ani kecil bahwa Anda akan selalu melindungi dan menyayangi dirinyan dengan menempatkannya di tempat yang paling dekat dengan hati Anda.
Ani/besar: Ani, saya akan selalu menyayangimu. Saya akan menempatkan kamu di tempat yang paling dekat dengan hatiku.
AWG: Ani besar, sekarang bayangkan Ani kecil terangkat dan mulai mengecil, terus mengecil sampai sebesar ibu jarimu. Julurkan kedua tanganmu agar Ani kecil berdiri di atasnya. Katakan kepada Ani kecil bahwa Anda akan menempatkannya di dekat hati Anda. Sambil berkata demikian, dekati Ani kecil dan masukkan ke dalam rongga dada Anda dekat dengan hati Anda.
Ani/besar: Ani, sekarang saya akan menempatkan kamu di tempat yang paling hangat, tempat yang paling nyaman, di dekat hatiku. Aku akan selalu menyayangi dan melindungi dirimu.
AWG: (kepada Pembaca) Ibu Ani menggerakkan tangan dan menempatkannya di dadanya.
AWG: Ibu Ani, bagaimana Anda sekarang?
Ani: Saya merasa lega dan sangat nyaman.
AWG: Ibu Ani, kalau sekarang Anda mendengar kata Tensoplast, apakah masih ada perasaan tidak enak di hati Ibu?
Ani: Tidak ada, Pak.
AWG: Coba sekarang bayangkan Tensoplast. Letakkan Tensoplast itu sekitar tiga meter dari tempat Anda duduk. Tensoplast ini berwarna coklat, sudah terbuka dari bungkusnya, dan terlihat bagian obat yang berwarna kuning. Apakah Ibu bisa munculkan gambarnya?
Ani: Bisa, Pak.
AWG: Bagaimana perasaan Ibu?
Ani: (Diam sejenak, memeriksa perasaannya.) Nggak apa-apa.
AWG: Sekarang bayangkan saya memegang Tensoplast itu dan saya letakkan di depan Ibu. Bagaimana perasaan Ibu?
Ani: (Kembali diam sesaat, memeriksa perasaannya.) Biasa saja, Pak.
AWG: Ibu bisa melihat Tensoplast yang saya pegang?
Ani: Bisa, Pak.
AWG: Kalau saya minta Ibu untuk membayangkan memegang Tensoplast ini, berani nggak?
Ani: Berani, Pak.
AWG: Coba gerakkant angan Ibu seakan-akan mengambil Tensoplast yang sedang saya pegang.
Ani: Menggerakkan tangan kanannya ke depan, seakan-akan memegang Tensoplast.
AWG: Bagaimana perasaan Ibu saat memegang Tensoplast?
Ani: Biasa saja, Pak.
AWG: (Kepada audiens) Saya sengaja meminta Ibu Ani untuk membayangkan memegang Tensoplast. Bila masih ada muatan emosi negatif yang belum berhasil direlease sepenuhnya, ia pasti akan menolak atau menunjukkan reaksi negatif. Pikiran tidak tahu perbedaan antara imajinasi dan sesuatu yang riil. kalau dalam imajinasi ia berani memegang, saat sadar reaksinya pasti sama.
AWG: Mulai saat ini dan seterusnya, setiap kali melihat Tensoplast, Anda akan selalu teringat cinta kasih Ibu Anda yang telah begitu peduli dan memperhatikan Anda. Cinta kasih tak bersyarat, tulus, dan murni seorang Ibu kepada putrinya. Ibu yang ingin putrinya senang, bahagia, dan sehat.
Saya akan membangunkan Ibu dengan menghitung naik dari satu ke sepuluh. Setiap hitungan naik membuat Ibu semakin sadar. Pada hitungan kesepuluh, Ibu bangun dengan segar, merasa nyaman, dalam kesehatan yang sempurna.
Satu… mulai sadar…. Dua… semakin sadar…. Tiga… kesadaran Ibu semakin pulih…. Empat… semakin sadar…. Lima… Ibu sadar keberadaan diri Ibu…. Tujuh… Ibu sadar dengan ruangan tempat Ibu berada…. Delapan… gerakkan ujung-ujung jari kaki dan tangan…. Sembilan…. sadar penuh… tarik nafas yang dalam… sebarkan perasaan lega, tenang, damai, dan bahagia ini keseluruh tubuh Ibu.
AWG: (Kepada pembaca) Ibu Ani membuka mata.
AWG: Bagaimana perasaan Ibu sekarang?
Ani: Baik, Pak.
AWG: Kalau saya minta untuk memegang Tensoplast, Ibu berani nggak?
Ani: Bisa dicoba, Pak.
AWG: (Kepada audiens) Bisa tolong dibawa ke depan Tensoplast tadi?
AWG: (Kepada pembaca) Seorang peserta seminar membawa Tensoplast ke depan. Saya kemudian memegangnya.
AWG: Saat melihat Tensoplast ini, apa yang Ibu rasakan?
Ani: Biasa saja, Pak.
AWG: Ibu berani memegang Tensoplast ini?
Ani: Berani, Pak.
AWG: (Kepada pembaca) Ibu Ani menjulurkan tangan kanannya dan memegang Tensoplast dengan mantap dan percaya diri. Sama sekali tidak ada perasaan takut, jijik, dan mual lagi. Audiens berteup tangan, ikut bergembira atas sembuhnya Ibu Ani dari fobia yang telah menghantui hidupnya selama 22 tahun.
AWG: (Kepada audiens) Masih ingat saat saya menginterview Ibu Ani yang masih dalam kondisi pikiran sadar? Ibu Ani sama sekali tidak ingat kapan fobia itu mulai muncul. Namun, saat dalam kondisi trance, Ibu Ani bisa mengingatnya tepat, yaitu pada usia empat tahun. Apakah Ibu Ani mau memberikan sedikit komentar?
Ani: Iya, tadi saya sama sekali tidak tahu kalau fobia ini muncul saat saya berusia empat tahun. Saya bahkan tidak ingat bahwa yang luka itu adalah siku kanan saya. Saya juga tidak ingat bahwa Ibu saya menempelkan tiga Tensoplast.
AWG: Oke, terimakasih Ibu atas kesempatan yang indah ini. Terima kasih karena telah bersedia memberikan kesempatan belajar yang sangat berharga kepada saya dan teman-teman di sini.
6. ERICKSONIAN (Pengaruh Missdirection dan Conversational Hypnosis)
Ericksonian Hypnosis ditemukan atau pertama kali dikuasai oleh Milton H. Erickson secara tidak sadar dengan tekniknya sendiri, namun setelahnya ada Richard Bandler dan John Grinder yang memodel keahlian dari diri Milton. Sehingga sekarang telah tersusun framework pola bahasa verbal atau nonverbal yang menghipnotis ini.
Betty Erickson istrinya juga tak kalah pentingnya dalam tekniknya yang unik. Sekarang berhubung tidak diperbolehkannya dipublikasikan rahasia klien proses terapinya menggunakan gaya Ericksonian (sesuai kode etik komunitas psikologi), dan tentu saja sulitnya mencari video tersebut di internet.
Maka sebagai gantinya saya jelaskan dengan alternatif film dan serial televisi. Namun relevansi ilmiahnya tetap akurat dan sesuai, kecuali bagian-bagian detail-detail visualnya, serta terkondisinya perilaku. Namun dramanya di bawah ini memang dalam lingkup ericksonian sebenarnya, sangat nyata, kecuali kalian yang mau menguasainya butuh latihan ekstra agar tidak skeptik dan tidak percaya.
Ilustrasi Efek Ahli Hipnotis Ericksonian bidang Psikoterapi, Counter-psychotherapy, dan Forensik
Aktor: Simon Baker (serial TV source: The Mentalist) Aktris: Karen Mok (film source: The Great Hypnotist)
Tambahan: Jika video embedded Vimeo di atas terblokir/tidak muncul, Gunakanlah Jaringan Anonimus / TOR Browser untuk menembus blokir Vimeo dari pemerintah/ISP.
Priming artinya saat aktifnya mindset Anda (Kolenda, 2013). Dalam sugesti priming atau disebut juga sebagai sugesti subliminal (sangat halus) bisa disisipkan melalui verbal, nonverbal, foto, audio, atau video abstrak yang semuanya ada konsep terstruktur dan teraktivasi.
Efek Priming terhadap perilaku ada beberapa. Jika Anda menginginkan mendapat Politeness (keramahan) dari orang lain maka Anda dapat memaparkannya kata-kata ‘menghargai’, ‘yang mulia’, ‘mempertimbangkan’, dan lain-lain (Kolenda, 2013).
Jika Anda inginkan ialah reaksi Friendship (keakraban), berarti Anda harus mulai memaparkan pembicaraan dengan pertanyaan tentang seorang teman (Kolenda, 2013).
Masih banyak lagi contoh Priming, bukan hanya melalui verbal (struktur kata), tetapi lainnya. Seperti dalam contoh ahli hipnotis dalam video berikut ini yang menggunakan priming bentuk foto boneka, suara mengajak berkelahi (dijalanan), video/menonton di bioskop dengan pemaparan suara kilas balik suatu emosi. Dan lain-lain yang tentunya hanya sebatas ini pengetahuan penulis. CMIW (Correct Me If Wrong).
Contoh Efek Ahli Hipnotis Priming
oleh: Derren Brown
Tambahan: Jika video embedded Vimeo di atas terblokir/tidak muncul, Gunakanlah Jaringan Anonimus / TOR Browser untuk menembus blokir Vimeo dari pemerintah/ISP.
Salam hangat, semoga bermanfaat. Pengunjung yang baik meninggalkan komentarnya. 🙂