SEBUAH KISAH NYATA TENTANG KEKUATAN MENULIS YANG MAMPU MENGHEBATKAN JIWA
Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa menulis tidak hanya tentang menuangkan ide, pemikiran, menuliskan gagasan,dsb. Menulis pun telah banyak di bahas oleh banyak ilmu psikologis, merupakan sebuah media pelepasan emosi, katarisis, terapi untuk kesehatan baik fisik atau mental.
Ada Sebuah film yang dirilis tahun 2007 berjudul “FREEDOM WRITERS”, diangkat dari sebuah buku, yang juga berdasarkan dari sebuah kisah nyata. Terjadi di sebuah sekolah di kota California Amerika, yang menceritakan sebuah kisah, bahwa menulis bisa mejadikan seseorang menjadi manusia yang lebih baik, lebih berdaya, dan mampu bercita cita.
Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, di sebuah sekolah ini terletak di sebuah kota, yang pada masa itu bukanlah kota yang kondusif untuk tumbuh kembang anak. Kota tersebut penuh dengan penuh kekerasaan, pemberontakan, peredaran narkoba bahkan pembunuhan antar geng atau ras.
Hal ini menjadi sangat mempengaruhi karakter, prilaku, kondisi psikologis, dan cara berfikir para siswa. Anak anak menjadi sangat keras, tertutup, tak acuh, membangkang kepada guru, tidak peduli pendidikan, fanatisme terhadap ras atau kelompok sangat begitu kental terasa, mereka menjadi anak anak pembangkang, mudah tersulut pertengkaran dan tak jarang berakhir kapada tawuran. Tak jarang di usia yang sangat muda mereka banyak yang terlibat dan kemudian berakhir di penjara atau berujung di kematian.
Pihak sekolah pun cendrung apatis terhadap kondisi ini. Anak anak yang bermasalah, dianggap tidak bisa “diapa-apakan” lagi, mereka menggap siswa siswa yang bermasalah ini memang tidak punya harapan.
Kemudian seorang guru baru dengan datang, dengan kecintaan, dedikasi, dan idialesme yang tinggi kepada dunia pendidikan. Berbekal ilmu dan impannya untuk mendidik siswa menjadi manusia manusia yang berhasil. Di luar dugaan, ternyata “medan tempur” nya adalah sebuah tempat yang “Istimewa”. Siswa siswa yang istimewa, lingkungan yang tidak biasa.
Masa masa awal proses belajar mengajar adalah masa yang paling berat. Antusisme nya disambut dengan penolakan, pengabaian bahkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari para siswa. Apa yang sang guru coba berikan, selalu di sambut dengan cara apatis oleh para siswa. Mereka sangat tak acuh dengan apapun yang coba di paparkan oleh sang guru. Tugas tugas banyak yang tidak dikerjakan.
Sang guru menyaksikan langsung terjadinya “bulliying” yang terjadi di dalam kelas. Fanatisme antar RAS pun sangat terasa bahkan dalam lingkungan sekolah. Selain itu tak jarang sang guru pun mendapatan perlakuan kasar secara verbal dari murid nya, ketika dalam kelas.
Penolakan dari murid murid nya bertubi tubi ia dapatkan. Namun dedikasi dan kecintaan kepada pendidikan menjadikan ia tak patah semangat. Ia tahu, mereka berprilaku keperti ini, bukan karena mereka tidak suka sang guru secara personal, namun ada sesuatu yang membentuk mereka sehingga mempunyai mental yang sangat keras dan pembangkang.
Keterbukaan dan penerimaan adalah kunci dalam proses belajar mengajar yang baik. Sang guru pun berfikir bagaimana caranya agar murid murid nya dapat menerimanya, dan dapat terbuka kepadanya. Sedangkan selama ini mereka sangat tertutup sekali.
Sebuah ide unik kemudian ia dapatkan, cara yang mungkin akan membuat anak anak mau terbuka, dimana cara ini belum pernah dilakukan oleh para guru sebelumnya – yaitu dengan cara MENULIS !!
Sang guru kemudian memberikan setiap murid sebuah JURNAL untuk MENULIS. Mereka dibebaskan untuk menulis tentang apa yang mereka ingin tuliskan. Boleh menuliskan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka fikirkan. Mereka diberikan kebebasan untuk menuliskan keinginan dan harapan. Bahkan mereka dipersilahkan untuk menuliskan kekhawatiran atau ketakutan yang menghantui mereka selama ini. Bahkan mereka di berikan kebebasan untuk menulis puisi atau cerita.
APA SAJA ! Apa saja yang ingin mereka tulis, tanpa batas, tanpa aturan. Dan apa yang mereka tulis tidak akan mempengaruhi nilai mereka. Menulis lah untuk diri kalian sendiri, begitu katanya ! Dan Sang Guru pun tak akan membaca jurnal mereka, kecuali mereka yang memberikan izin. Diluar dugaan hampir semua anak akhirnya mau menulis, dan diluar dugaan pula, hampir semua anak mengizinkan jurnal nya untuk dibaca.
Dari tulisan di jurnal itulah sang guru tahu, berbagai cerita hidup mereka, berbagai pengalaman kelam yang telah mereka alami, berbagai luka batin dan trauma yang mereka rasakan, berbagai ketakutan yang sebenarnya selama ini mereka pendam, tidak terungkapkan, sehingga menjadikan mereka anak anak yang tertutup dengan self defence yang tinggi.
Dari situ ia tahu apa yang harus ia lakukan. “Treatment” atau pendekatan psikologis apa yang bisa lakukan agar mereka akhirnya mau membuka diri. Sedikit demi sedikit akhirnya kegiatan menulis di jurnal itu, menjadikan para siwa lebih mau membuka diri dengan sang guru, lebih bisa mengungkapkan apa yang ada di perasaan dan apa yang mereka fikirkan. Dan sang guru kemudian bisa memberikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dan akhirnya keterbukaan, kepercayaa, kedekatan emosi pun tumbuh antar mereka.
Kegiatan menulis pun terus berlanjut. Mereka jadi terbiasa untuk menulis apa saja yang mereka rasakan, pikirkan. Dengan menulis mereka menjadi tahu apa yang mereka inginkan, rasakan, dan kemudian mereka tahu apa yang ingin mereka lakukan. Mereka menjadi lebih terbuka, lebih ceria, lebih berani untuk bercita cita untuk masa depan. Menulis telah banyak merubah hidup mereka.
Kegiatan menulis pun memicu MINAT MEMBACA mereka. Mereka menjadi banyak membaca banyak buku, buku buku yang awalnya tidak menarik bagi mereka, karena sang guru banyak menceritakan tentang buku buku yang sangat bermakna, maka mereka pun tertarik untuk membacanya.
Dan akhirnya mereka membuat sebuah project yang disebut “FREEDOM WRITERS” yang merupakan kumpulan atas tulisan tulisan mereka selama ini, yang kemudian project mendapatkan banyak apresiasi dan support dari berbagai pihak, dan banyak dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lainnya.
Para siswa pun mendapatkan banyak MOMENT PERUBAHAN dari kegiatan MENULIS DAN MEMBACA ini. Mereka yang awalnya pesismis dengan masa depan mereka, berubah menjadi optimis bahwa mereka bisa menjadi manusia sukses di masa depan. Mereka yang awalnya tidak berani bercita cita, berubah menjadi manusia yang berani bercita cita. Mereka yang awalnya hanya bersekolah hanya untuk formalitas, akhirnya mereka bersemangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang jauh lebih tinggi. Mereka yang awalnya takut dengan kehidupan mereka, mereka kini lebih berani untuk menghadapinya.
Film ini bagus sekali, sebuah penguat bahwa kegiatan LITERASI yang paling DASAR, yaitu MEMBACA dan MENULIS, bisa menjadi sebuah terapi yang hebat kepada para siswa, sebuah cara pendekatan yang sangat luar biasa, bahkan untuk para siswa atau lingkungan sekolah yang selama ini kita anggap tidak mungkin dirubah sekalipun.
Dan satu pesan penting lain di film ini adalah, tentang bagaimana seorang guru menjalankan peran nya secara maksimal. Peran yang hanya tidak berbatas formalitas, namun ia pun mencurhka segala tenaga, fikiran, waktu bahkan materi nya demi para anak siswa nya bisa menjadi manusia yang lebih berdaya.
MENULIS UNTUK DIRI SENDIRI
Kegiatan menulis di Indonesia, masih banyak diidentikan dengan kegiatan para kaum intelaktual, hanya kegiatan para akademisi, atau kegiatan menulis adalah sebuah kegiatan untuk menjadi penulis, yang hasilnya akan berupa sebuah bentuk buku, , agar dibaca oleh orang lain, dsb. Hingga kegiatan tulis menulis menjadi kegiatan yang sangat berat dillakukan, dan mengaggap orang orang tertentu saja yang bisa melakukannya.
Padahal untuk menulis, tidak mesti menjadi seorang penulis. Setiap kita bisa menulis, dan BUTUH menulis. Hal ini lah yang tidak banyak disadari oleh banyak orang. MENULIS UNTUK DIRI SENDIRI ! Inilah yang perlu kita gaungkan, perlu kita kampanyekan, perlu sebar luaskan.
MENULIS MEMBUAT KITA LEBIH MENGERTI TENTANG DIRI
Ketika kita menulis tentang diri sendiri, apa yang kita rasakan, apa yang kita fikiran, bahkan apa yang kita takutkan, itu akan banyak melepaskan emosi emosi dalam diri (Katarsis), telah banyak ilmu ilmu psiklogi yang membahas tentang katarsis ini.
Menulis membantu kita mampu mendefinisikan lebih detail apa yang kita rasakan, bahan menulis mampu menemukan sesuatu yang awalnya tidak kita sadari. Menemukan rasa yang mungkin selama ini tersembunyi, dan tidak kita sadari.
MENULIS MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH
Begitu pun ketika kita memiliki sebuah permaslahan, maka menulis adalah salah satau cara yang bisa kita lakukan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Diawal menulis membantu kita dalam mencari akar permaslahan, yang kadang gagal kita temukan, ketika kita hanya membiarkannya berputar putar di fikiran.
Menulis, dengan duduk diam dan tenang, kemudian kita mencoba untuk menuliskan tentang permasalahan yang terjadi, membuat kita lebih terang, lebih jujur, lebih bisa melihat permasalahan dengan apa adanya, kita bisa lebih objektif terhadap diri dan masalah itu sendiri. Lebih bisa jujur menilai diri sendiri juga permasalahan yang terjadi. Sehingga kita lebih mampu secara tenang, lebih benderang dalam mencari dan menjalankan langkah langkah solusi untuk diri kita sendiri.
Waktu zaman kecil atau beranjak dewasa, mungkin ada beberapa di antara kita, yang memiliki diary, dan menuliskan apa yang kita rasakan setiap hari. Baik itu yang dirasakan di sekolah, dengan teman, dengan orangtua. Kita biasa mengungkapkan dengan jujur apa yang kita rasakan saat itu, dan sebenarnya hal itu membuat jiwa kita lebih sehat.
Sayangnya kebiasaan itu seringkali memudar, ketika kita beranjak dewasa. Karena kita mungkin merasa sudah banyak teman yang bisa mendengarkan curahan hati kita. Atau mungkin di zaman sekarang, kita sudah merasa terfasilitasi dengan adanya media sosial, untuk tempat kita bisa mengupdate status, mengungkapkan sedikit dari apa yang kita rasakan atau yang apa fikirkan.
Namun sebenarnya, kawan atau tekhnologi, tidak bisa menggantikan sepenuhnya, pengungkapan perasaan kita melalui tulisan, karena tulisan tulisan itu akanlebih bersifat private dan jujur, karena hanya kita yang tahu apa yang kita rasakan, dan fikirkan. Tidak di tahan tahan, tidak jaim, tidak khawatir tentang pemikiran orang lain, sehingga perasaan perasaan itu lebih jujur terungkapkan.
MENULIS MEMBANTU KITA MENEMUKAN POTENSI KITA
Masih suka bingung dengan apa sih potensi kita ? atau mau jadi apa kita di masa depan ? coba dengan terapi menulis. Menulis tentang apa keseharian yang kita lakukan, menuliskan tentang apa yang kita sangat eksaiting melakukannya, menulis tantang apa yang kita merasa puas dan bahagia ketika kita telah melakukannya. Bisa jadi saat proses menulis itu, kita bisa menemukan potensi terdalam kita.
Karena menulis adalah sebuah penyampaian rasa, penyaluran asa. Menulis adalah sebuah cara untuk meringankan jiwa atas banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Menulis adalah pendefinisian atas banyak rasa dalam benak kita. Dan ketika bisa mendefinsikan nya, kita pun akan bisa lebih jelas melihat diri kita dan apa yang terjadi pada diri kita. Dan dengan menulis bisa membantu kita untuk menata masa depan.
Menulis lah untuk diri sendiri!”
Itu yang harus ditanamkan di awal. Menulis bukan tentang berambisi terlalu dini untuk menjadi penulis terkenal, cetakan best seller, dan hal hal lain yang bersifat popularitas. Namun menulislah untuk diri sendiri, menulis lah untuk menguatkan diri, menulislah untuk memahami diri.
Bila kemudian tulisan kita menginspirasi dan bisa menjadi sebuah kebaikan bagi orang lain, maka itu kemudian adalah sebuah amanah dan jalan peran kita. syukuruillah dan siramilah, hingga tumbuh dan merekah.